Kenaikan peran ini mengikuti pengangkatannya sebagai wakil pertama direktur departemen Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa, di mana itulah peran utamanya di negara totaliter tersebut.
Pakar rezim totalitarian itu menyatakan, jika Kim Yo Jong masuk sebagai pengganti Kim Jong Un, maka tradisi keluarga memimpin Korut sejak Kim Il Sung di 1948 terus terjaga.
"Saya tidak percaya posisinya sebagai perempuan bakal melemahkan posisinya jika dia memegang kekuasaan," beber Profesor Lindstaedt.
Dia menerangkan, keluarga Kim tidak dilihat sebagai manusia biasa oleh rakyat Korea Utara. Mereka dianggap sebagai wakil Tuhan yang akan mengurusi segalanya.
Raut wajah Kim Yo Jong menunjukkan keceriaan. Ia biasaya tampil di depan publik dengan busana feminim. Pakaian serba hitam, sepatu hak tinggi, dan menguncir rambut panjangnya.
Namun di balik perawakannya yang lemah lembut itu, ternyata Kim Yo Jong masuk daftar hitam internasional karena "pelanggaran hak asasi manusia yang berat."
Bersama beberapa pejabat Korut lainnya, Kim Yo Jong disebut turut andil dalam sejumlah pelanggaran HAM di negara tersebut pada 2017, menurut pemberitaan The Guardian.
Akan tetapi, Kim Yo Jong diragukan dapat memegang penuh tampuk kekuasaan di Korea Utara, atau tidak bisa dalam jangka waktu lama.
“Korea Utara adalah negara dengan senioritas dan maskulinitas sangat dihormati."
"Kim Yo Jong adalah sekutu Kim Jong Un yang paling terpercaya, tapi tidak lebih dari itu,” kata Leonid Petrov dosen dan pakar Korut dari International College of Management di Sydney, dikutip dari The Guardian.