Pria yang kerap disebut pawang ular itu menjelaskan, kerusakan habitat membuat ular kehilangan tempat tinggalnya.
"Kerusakan habitat membuat mereka tidak bisa lagi menemukan habitat aslinya," terang Panji.
Ia juga menjelaskan, ular kobra sesungguhnya habitat ular kobra memang berdekatan dengan manusia.
"Sebetulnya kobra itu habitatnya memang berdekatan dengan manusia," kata Panji.
"Sedari dulu memang sering ditemukan di persawahan. Tapi kan seriring berjalannya waktu, sawah itu dijadikan rumah, tempat industri, jalanan, dan hal itu membuat mereka (ular) tersingkir," terang Panji.
Hal tersebut kemudian menjadikan ular kehilangan tempat tinggalnya yang pada akhirnya terjadilah fenomena seperti sekarang.
"Akhirnya mereka tidak punya habitat, dan konfliklah terjadi di situ," ujar Panji.
Panji Petualang kemudian menjelaskan, sebetulnya bulan Desember ini adalah bulan untuk para telur-telur ular menetas. Sementara, kata Panji, ular-ular itu bertelur pada bulan Juli lalu.
Maka dari itu sekarang kebanyakan ular yang menyerang pemukiman warga masih berukuran kecil yang diduga adalah ular yang baru saja menetas dari telurnya.
"Bulan menetas, kalau bertelurnya ular itu di bulan Juli," kata Panji. (*)