Menurut Jacqueline, awak kabin Garuda bekerja dalam tekanan yang berlebihan di bawah kepemimpinan Ari Askhara.
Terlebih ketika awak kabin melakukan kesalahan kecil saja bisa-bisa langsung dipindahtugaskan.
Di antara hukuman-hukuman dari Ari Askhara adalah dipindahkan ke Papua hingga pelarangan terbang.
“Mereka (awak kabin) takut ada yang terancam, contoh, lakukan kesalahan sedikit langsung dipindahkan ke Papua," terang Jacqueline.
"Kemudian kesalahan yang harusnya masuk dalam pembinaan, tiba-tiba di-grounded, tidak boleh terbang.”
Tak hanya soal hukuman, cara Ari Askhara mempekerjakan para awak kabin juga disebut tidak manusiawi.
Misalnya ketika awak kabin dipaksan melayani penerbangan Jakarta-Sydney pulang pergi hingga belasan jam.
Akibat dari pemaksaan itu, sudah ada delapan awak kabin yang dirawat inap di rumah sakit.
“Contoh schedule Sydney-Jakarta-Sydney, itu harusnya tiga hari, tapi jadi PP (pulang pergi). Itu beri dampak tidak bagus kepada awak kabin, sekarang sudah ada delapan orang yang diopname,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Erick Thohir resmi mencopot Ari Askhara sejak Kamis (5/12/2019).