Irfan memiliki alasan khusus mengapa ia ngotot menyiapkan makam keluarga tersebut.
"Adik gue kan udah meninggal pas gue kelas 2 SD meninggalnya, dia dimakamin di pemakaman umum," terang Irfan.
"Karena di keluarga gue itu nggak ada kewajiban untuk ziarah, akhirnya makamnya hilang. Karena nggak diperpanjang dan lain-lain," imbuhnya.
"Apalagi makam di situ nggak pernah ada tulisan, nggak pake tembok, cuma patok aja udah. Hilang tandanya," lanjutnya.
Saat menyiapkan makam keluarga, proses yang dialami Irfan rupanya tidak mudah.
"Gue beli makam di Parakan Muncang itu perlu perjuangan dan negosiasi yang mendebarkan. Terutama orang tua," jelasnya.
"Takutnya malah kayak ngedorong buat meninggal gitu. Tapi pas gue sampaikan, mereka akhirnya setuju dan kita survei ke sana," sambungnya. (*)