"Saya meneruskan ke perkuliahan. Sementara dia tidak bernasib baik,"
"Selepas SMA, dia bekerja serabutan di kampung. Dia kemudian menjadi sopir truk, dari awalnya mengantar barang di kawasan setempat, kemudian keluar dari kampung, saat kami tunangan Januari lalu," ujar Zuraiha, yang kini bekerja menjadi guru."
Ia mengatakan, cibiran soal pernikahannya itu mulai bermunculan saat dia masih berpacaran.
Bahkan, hendak menikah pun, ada kerabat yang mempertanyakan keputusannya.
"Ada sepupu tanya kenapa saya tidak menikah saja dengan guru lain atau teman kuliah. Itu ditanyakan 24 jam sebelum saya menikah."
"Saat resepsi, ada tetangga kampung tanya ke ayah dan ibu saya, kenapa saya ini punya gelar master tapi dinikahkan dengan sopir truk. Tak pantas kata mereka."
"Bila ada yang bertanya soal suami saya, saya akan bangga bilang kalau suami saya sopir truk. Jodoh adalah ketentuan Tuhan," ujar Zuraiha Zaini.
Zuraiha Zaini juga memastikan kalau keluarganya tak meminta uang hantaran yang tinggi.
"Saya bersyukur dan terharu, karena keluarga saya minta uang hantaran sesuai kemampuan keluarga laki-laki,"
"Keluarga suami kemudian memberi kami Rp 27 juta, nilai yang melebihi ekspektasi saya," kata Zuraiha Zaini.
Zuraiha Zaini mengatakan, meski suaminya sopir truk tapi gaji bulanannya lebih besar darinya.