"Ya ada lah sepuluh rumah yang tinggal di sini cuma emang jaraknya berjauhan," kata Lies.
Namun, kondisi itu mulai berubah ketika ada rencana pembangunan Gedung Apartemen Thamrin Executive Residence.
Pasalnya setiap warga yang memiliki rumah di kawasan itu diminta pindah karena adanya pembangunan apartemen itu, termasuk Lies.
Lies bercerita, pengelola apartemen menggunakan preman untuk meminta ia dan warga lainnya pindah.
Menurut Lies, saat itu para preman yang disewa pengelola membuat ricuh kampungnya. Bahkan, Lies yang kala itu berjualan nasi di depan rumahnya dahulu sempat ditakut-takuti.
"Beh dulu saya saja yang jualan di situ ya, para preman itu pada makan di warung saya. Eh pas habis malah tidak dibayar, malah pas ditagih ngamuk berantakin warung saya sampai saya kebalikin aja jualan saya ke mereka. Rugi yang ada saya," ujar Lies.
Tak hanya Lies yang mengalami nasib malang, beberapa warga lainnya pun turut mendapat perlakuan yang sama. Mereka ditakut-takuti para preman hingga akhirnya memilih pindah.
Hanya Lies yang berani bertahan menghadapi para preman itu. Hingga akhirnya hanya rumahnya yang bertahan dan kini dikelilingi tower apartemen.
"Ya kan dibikin rese kampung ini lama-lama akhirnya pada kabur, rumah warga pada dijual-jualin dengan harga semau dia (warga), capek kali ketenangannya diusik. Kalau saya kan tidak takut, banyak lah saudara saya perwira, abang saya saja pangkatnya sudah tinggi," ucap Lies.
Lies lebih memilih tinggal di rumah sederhana yang sudah terlihat sangat usang. Kompas.com sempat berbincang dengan tetangga Lies.