Penghasilan Rp 20.000 sebagai buruh kopra bersama sang suami hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.
"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi. Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi. Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” jelas Anita saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (14/9/2019).
Kini Hadijah telah mendapat bantuan dari Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polman.
Pihaknya telah mengunjungi anak tersebut dan memberi bantuan berupa biskuit dan susu.
Dinkes juga telah memberikan pemahaman kepada orangtua anak tersebut agar tidak lagi memberi kopi.
"Karena kalau lama kelamaan nanti ada efeknya karena mengandung kafein dan mengandung banyak gula," jelasnya.
Sementara itu melansir dari Tribunnews.com, menurut peneliti pemberian kopi pada anak-anak memiliki banyak efek samping.
Jika kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup, maka akan menimbulkan efek samping seperti depresi, diabetes tipe 1, gangguan tidur, gelisah, denyut jantung meningkat, tekanan darah berubah, gugup, masalah perut, diare, kesulitan berkonsentrasi, muntah, sering buang air kecil, dan dehidrasi.
Pada anak-anak khususnya balita, pemberian kafein yang berlebih akan meningkatkan resiko terkena kegemukan menjadi 3 kali lebih tinggi. (*)