"Kalau buang air kecil selalu jongkok karena keluarnya lewat organ vital yang punya perempuannya itu, tapi nampak juga organ vital yang laki-lakinya, letak di atasnya," tutur Ela Hayati (47) bibi Ar saat ditemui di kediamannya, Kamis (5/9).
Sejak lahir, AR dibesarkan dengan pola asuh laki-laki sehingga sifat dan perilaku layaknya seorang anak lelaki lebih dominan.
"Anaknya juga selalu bilang ingin jadi laki-laki, saya ini laki-laki, cowok, begitu kalau bicara ke keluarga. Kalau ada yang bilang perempuan dia marah," ujarnya.
Sejauh ini, upaya pemeriksaan sudah dilakukan termasuk pernah ke pengobatan alternatif. Namun karena terkendala biaya, pengobatan dilakukan jika ada bantuan biaya.
Saat ini biaya berasal dari urunan keluarga besar. Pihak keluarga diakui Ela sedang dilanda kecemasan karena tengah menunggu hasil cek kromoson yang baru akan keluar per 19 September nanti.
"Hasilnya untuk menentukan apakah AR harus menjadi laki-laki atau perempuan. Kalau dari pihak keluarga inginnya laki-laki karena anaknya sendiri juga ingin jadi laki-laki. Kalau harus jadi perempuan kami khawatir jiwanya memberontak," katanya.
Setelah hasil cek kromosom keluar, langkah selanjutnya AR harus sesegera mungkin menjalani operasi kelamin.
"Harapan keluarga agar AR bisa cepat-cepat dioperasi. Kita sedang sana-sini mencari donatur untuk biayanya," ucapnya.
Terpisah, Kepala Puskesmas Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Cianjur, Kankan Sumpena menyebutkan kondisi yang dialami AR tergolong langka.
Kendati kondisinya dapat dikatakan belum mendesak, tapi perlu segera dilakukan tindakan operasi agar AR tidak minder atau kebingungan atas kondisi tubuhnya.