"Singkatnya, pagi itu diminta menikah. Kebetulan hari itu memang sedang pengajian bulanan yang dihadiri ribuan jamaah," terang Alvin.
Ya, dihadapan para ribuan jemaah tersebut Alvin ditanyai oleh ayahnya mengenai kesediaannya untuk menikah muda.
"Di situ, Abi minta kertas dan pulpen. Karena jamaah kan udah rame tuh, kalo ngomong tuh kedengeran,"
"Di situ almarhum tulis, 'Alvin, apakah kamu bersedia untuk menikah?'. Langsung disebut tanggalnya, 'tanggal 6 Agustus 2016',"
"'Kalo kamu bersedia tanda tangan, Abi kasih kamu waktu setengah jam untuk berpikir apakah kamu mau menikah atau enggak. Kalau misalkan kamu tanda tangan, Abi akan umumkan di depan jemaah ini'," kenang Alvin.
Alvin pun mengakui bahwa menurutnya sangat tak masuk akal untuk memutuskan pernikahan hanya dalam waktu setengah jam.
Ia pun menyadari bahwa pernikahan bukanlah hal yang main-main.
"Jadi emang prosesnya berjalan cepat. Nggak dikasih waktu misalkan seminggu lah mikirin nikah. Itu kan nggak main-main ya," ujar Alvin.
Setelah Alvin menandatangani kertas pemberian ayahnya, ia langsung melaksanakan lamaran pada siang harinya.