Follow Us

Telaah Video Ikan Asin, Pakar Studi Gender Ungkap Galih Ginanjar Hanya Menganggap Fairuz A Rafiq dan Barbie Kumalasari Sebagai Objek

Bunga Mardiriana - Jumat, 12 Juli 2019 | 09:58
 
Galih Ginanjar, Barbie Kumalasari, Fairuz A Rafiq
Kolase Instagram @barbiekumalasari_fans_malang, tangkap layar Youtube Ussy Sulistiawaty

Galih Ginanjar, Barbie Kumalasari, Fairuz A Rafiq

Masih melansir dari Kompas.com, video 'ikan asin' tersebut belakangan ini juga ditelaah oleh seorang pakar studi gender dan budaya dari Universitas Sebelas Maret, Sri Kusumo Habsari, PhD.

Dirinya menjelaskan bahwa ia menangkap adanya unsur misogini di dalam kata-kata Galih.

Bagi Galih, perempuan baik itu Fairuz maupun Barbie adalah objek yang pasif dan objek seksualitas pria.

Baca Juga: Buka Suara Soal Galih Ginanjar yang Mengaku Sengaja Permalukan Fairuz A Rafiq dengan Sebutan 'Ikan Asin', Hotman Paris: Seharusnya Ditetapkan Sebagai Tersangka

“Misogini bisa merupakan kebencian laki-laki terhadap perempuan, tetapi berada pada alam bawah sadar. Bagi pria yang misoginis, perempuan hanya objek belaka, diberi uang, dicukupi tapi hanya sebagai objek seks,” ujar Habsari via pesan singkat pada Kamis (11/7/2019).

Lebih lanjut dijelaskan Habsari, pria misoginis biasanya tidak malu membicarakan hubungan seks mereka dengan mengemukakan hal-hal tentang perempuan yang cenderung merendahkan, karena perempuan hanya objek dia.

Baca Juga: Galih Ginanjar Sempat Bantah Sebut 'Ikan Asin' Untuk Fairuz A Rafiq, Polda Metro Ungkap Kebenaran Dibaliknya: Dia Mengaku Ingin Mempermalukan Mantan Istrinya

Meski ia memuji pasangannya yang sekarang, tetapi unsur bahwa perempuan adalah objek bagi dia tetap terasa kuat.

Sifat misoginis Galih tersebut dinilai Habsari bertentangan dengan budaya asli Indonesia.

“Video tersebut justru tidak lagi mencerminkan nilai budaya Indonesia. Video tersebut malah mengingatkan saya sitcom Family Guy (asal Amerika Serikat) yang kental dengan unsur misogini,” kata Habsari.

Secara norma dan nilai budaya, Habsari juga menemukan adanya pergeseran, di mana hal-hal yang bersifat privat dibawa ke ranah publik dan tidak lagi malu untuk dibicarakan.

“Malu adalah budaya timur dan sudah hilang pada proses wawancara baik dari host (Rey Utami) maupun bintang tamu (Galih Ginanjar),” ucapnya. (*)

Source : Kompas.com Gridpop.id

Editor : Grid Pop

Baca Lainnya

Latest

Popular

Tag Popular