Dalam kondisi berpuasa, setelah pukul 10.00, para penerbang hanya diperkenankan untuk siap siaga operasi.
Tidak menerbangkan pesawat kecuali dalam kondisi darurat dan membatalkan puasanya.
"Bagi penerbang tempur Muslim, jika ingin tetap berpuasa, mereka hanya boleh standby operasi setelah pukul 10.00 pagi kecuali dalam keadaan darurat yang mengharuskan scramble," kata Yuris.
Jadi, penerbangan di waktu subuh atau sahur ini, selain menyiasati waktu terbang para penerbang tempur Muslim yang berpuasa, juga sekaligus dapat juga membangunkan masyarakat untuk makan sahur.
Baca Juga : Ustaz Abdul Somad Dikabarkan Dipecat Sebagai Dosen karena Temui Prabowo, Rektor Ungkap Fakta Mengejutkan
"Jadi terbang subuh dan membangunkan masyarakat untuk sahur adalah combined mission,” ucap Yuris. Penerbangan ini memang menimbulkan suara cukup bising.
Sebab, suara dihasilkan pesawat-pesawat tempur saat diterbangkan rendah di atas permukiman warga.
"Ada sequence training yang mengharuskan penggunaan afterburner, dan ini suaranya menggelegar pada ketinggian rendah," tutur Yuris.
Proses persiapan terbang malam TNI AU(Sandriani Permani (via Dispen AU))
Sejauh ini, Yuris belum dapat menginformasikan kapan kegiatan ini akan dilakukan karena masih dalam proses diskusi internal.
"Sedang didiskusikan internal di skuadron. Nanti akan kami informasikan lebih lanjut di Twitter TNI AU," ujarnya.