Follow Us

Vonis Mati Mengancam Steve Emmanuel, Inilah Permintaan Terakhir Terpidana Mati Paling Fenomenal Sebelum Berondongan Peluru Menembus Jantung

Ade S - Sabtu, 27 April 2019 | 05:37
 
Steve Emmanuel
Rangga Gani Satrio/Grid.ID

Steve Emmanuel

Saat yang paling berat adalah ketika saya harus memberi tahu terhukum tiga hari sebelum eksekusi. Pemberitahuan itu harus mendadak.

Saya memerintahkan petugas penjara menyiapkan ruangan yang terang dan bisa dilihat dengan jelas serta dihindarkan dari alat-alat yang memungkinkan terdakwa bunuh diri.

Atas pertimbangan keamanan, ruangan itu juga harus dijaga ketat. Pagi itu saya dan seorang teman tugas telah siap di tempat.

Dua orang petugas menjemput dan mengawal Bobby dari selnya. Dia keluar dengan tangan diborgol menuju ruangan tempat saya berada.

Di tempat ini dia duduk berhadapan dengan saya pada jarak sekitar 4 m. Wajahnya tidak menampakkan kecemasan.

Beberapa orang polisi juga menyaksikan jalannya peristiwa itu. Saya membawa berkas penolakan kasasi dan grasi.

Walaupun hanya bersifat pemberitahuan, forum ini resmi dan harus dibuatkan berita acara. Segera saya memperkenalkan diri.

"Saudara Bobby, saya Darto. Berdasarkan surat perintah, saya ditugaskan menemui Saudara. Apakah benar Saudara yang bernama Bobby?"

Dia menjawab, "Benar."

"Sebagaimana diketahui, Saudara telah merampok serta mengakibatkan matinya orang, karena itu pengadilan negeri sudah memutuskan hukuman mati. Apakah pernyataan saya ini betul?"

Dia membenarkan.

"Berdasarkan keputusan pengadilan tinggi hukuman itu dikuatkan Mahkamah Agung dalam keputusan kasasinya juga menolak permohonan kasasi Saudara. Selanjutnya Saudara mengajukan grasi dan berdasar Kepres yang saya terima, permohonan grasi Saudara ditolak Presiden. Oleh karena itu, tidak ada upaya hukum lain bagi Saudara dan hukuman mati akan dilaksanakan tiga hari lagi," jelas saya.

Source : intisari-online.com

Editor : Grid Pop

Baca Lainnya

Latest

Popular

Tag Popular