FDA mengatakan obat itu telah dikaitkan dengan mengobati depresi, diare, obesitas, diabetes, parasit lambung, tekanan darah tinggi, kecemasan, divertikulitis, penarikan opiat, dan alkoholisme.
"Sains dan bukti penting dalam menunjukkan manfaat medis, terutama ketika suatu produk dipasarkan untuk mengobati penyakit serius seperti gangguan penggunaan opioid," kata FDA dalam sebuah pernyataan tahun lalu.
Baca Juga : Jarang Tampil di Televisi, Nana Mirdad Terlihat Super Seksi Kenakan Bikini Motif Batik yang Jadi Sorotan!
"Namun, sampai saat ini, belum ada studi ilmiah yang memadai dan terkontrol dengan baik yang melibatkan penggunaan kratom sebagai pengobatan untuk penghentian penggunaan opioid atau penyakit lain pada manusia."
Sementara itu, daftar kemungkinan efek samping kratom panjang.
Di antara konsekuensi yang berpotensi berbahaya ini adalah muntah, kedinginan, mual, penurunan berat badan, kerusakan hati, mulut kering, dan nyeri otot.
Kratom juga dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang lebih serius seperti halusinasi, kantuk, pusing, depresi, dan kejang, menurut Mayo Clinic.
Tanaman ini banyak tumbuh di Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Papua Nugini.
Dan, belum dilarang secara federal untuk melarang zat itu tumbuh.
Tetapi FDA mengatakan bahwa kratom sebenarnya bisa memicu ketergantungan obat di Amerika Serikat daripada menyelesaikan masalahnya.
"Meskipun penting untuk mengumpulkan lebih banyak bukti, data menunjukkan bahwa zat tertentu dalam kratom memiliki sifat opioid dan bahwa satu atau lebih memiliki potensi untuk disalahgunakan," kata sebuah pernyataan FDA.