Operasi Ditengah Goncangan Gelombang, Sekoci Tak Bisa Merapat, Dokter Harus Lakukan Trik Ini

Minggu, 27 Oktober 2019 | 06:05

Sementara kisah Sriani sendiri juga tidak kalah menarik. Dia salah satu srikandi yang mewaqafkan dirinya demi kesehatan masyarakat pulau Matalaang.

Ibu empat orang asal Marang, Pangkep, Makassar tersebut pertama kali datang ke Matalaang pada tahun 2012 atas ajakan kakaknya Hj. Surianti, yang saat ini menjadi kepala Puskesmas Liukang Tangaya.

“Saya pikir Matalaang itu hanya satu dua jam perjalanan laut, tidak tahunya 13 jam lebih bahkan kalau ombak besar bisa sampai 24 jam baru sampai,” cerita tamatan sekolah bidan tersebut.

Semula suaminya yang bekerja sebagai operator alat berat agak keberatan dengan profesinya tersebut tetapi setelah diberi pengertian betapa pentingnya tenaga kesehatan di Matalaang suaminya tersebut merestui.

Sriani menceritakan kondisi Pulau Matalaang 7 tahun silam jauh terbelakang tidak seperti saat ini.

Kala itu tidak ada listrik juga komunikasi. Salah satu penerangan yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari adalah lampu petromak atau lampu minyak.

Ada satu pengalaman yang Sriani tak bakal lupakan. Suatu malam pada minggu pertama dia bertugas tiba-tiba ada seorang warga yang datang kerumahnya.

Warga tersebut meminta untuk membantu menangani persalinan keluarganya. Begitu dipanggil dia langsung bergegas datang ke rumah pasiennya.

Persoalannya, ketika dia masuk kamar si ibu, lampu penerangannya sangat minim dan tidak memadai untuk menangani persalinan.Beruntung ketika berangkat dirinya membawa senter.

Sehingga ketika bayi sudah siap keluar tangannya sibuk menangani persalinan sambil mulutnya mengigit senter dan mengarahkan sinarnya ke arah jalan lahir. “Itu salah satu pengalaman unik yang pernah saya alami,” kata Sriani tentang bagaimana minimnya fasilitas umum saat itu.

Demikian pula waktu itu ketika ia ingin berkabar dengan keluarga yang ada di Pangkep, hanya bisa berkirim surat yang ia titipkan lewat para nelayan. “Alhamdulillah dua tahun belakangan ini sudah bisa berkomunikasi lewat telepon jadi lebih enak komunikasinya,” imbuhnya.

Saat ini karena jauhnya lokasi serta keadaan alam dia baru bisa bertemu anak dan suami tiga atau empat bulan sekali.

Halaman Selanjutnya

“Jadi sehari-hari k...

Editor : Grid.

Baca Lainnya