Wajib Tampil Necis dengan Baju Branded, Komunitas Ini Tak Peduli Meski Tinggal di Kawasan Kumuh, Profesinya Tuai Sorotan

Senin, 10 Oktober 2022 | 16:32
The Telegraph
The Telegraph

Mereka adalah La Sape atau dikenal dengan Sapeur.

Adapun jas dan cerutu merupakan simbol kemewahan dan kekayaan.

Hal itu mewakili tekad dan ambisi untuk gaya hidup Eropa yang ideal.

Busana itu menerangi Brazzaville dan kota-kota tetangga, menawarkan secercah harapanda kemakmuran bagi banyak orang-orang Kongo.

Sapeur bertemu dengan kostum mereka secara rahasia, untuk mengungkapkan ekpresi kebebasan rezim yang keras selama 1960an dan 70an.

Kolase Intisari

Sapeur anggota Komunitas La Sape yang mengutamakan fashion daripada kebutuhannya yang lain.

Serta berusaha menyingkirkan Kongo dari semua pengaruh kolonial dengan jalan Sapeur.

Pakaian mereka dianggap sebagai tindakan pemberontakan ideologis yang menentang larangan Sese Seko pada pakaian gaya Barat.

Sapeur menolak saat Presiden ingin rakyat Kongo mengenakan pakaian tradisional mereka yaitu, acabac guna menunjukkan dukungan terhadap autentifikasi identitas mereka.

Sebagian besar para Sapeur bekerja sebagai buruh banguna, sopir, hingga pengutil.

Baca Juga: Jualan Tas Branded Dari Harga Ekonomis hingga Sultan, Annisa Pohan Bakal Gunakan Hasilnya untuk Kegiatan Mulia Ini

Tak jarang mereka mencuri, meminjam uang hanya demi membeli pakaian branded.

Sementara itu dilansir dari Kompas.tv, lahir dan dibesarkan di keluarga sapeur terkenal, de Pereira pada usia tiga tahun sudah belajar dari sang ayah tentang bagaimana caranya tampil gaya dan memadukan berbagai warna pada pakaiannya.

Halaman Selanjutnya

Baginya, tetap tampil per...
Tag

Editor : Ekawati Tyas

Sumber intisarionline.com, Kompas.tv

Baca Lainnya